Obesitas merupakan suatu kondisi dengan prevalensi yang terus meningkat di seluruh dunia, dan merupakan faktor risiko untuk berbagai penyakit lain seperti hipertensi, diabetes, hiperlipidemia, serta penyakit kardiovaskular. Obesitas disebabkan oleh penumpukan lemak tubuh berlebih secara kronik yang disebabkan oleh ketidakseimbangan metabolisme energi dan regulasi nafsu makan. Derajat obesitas umumnya diukur dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT). IMT dihitung dengan rumus:
Klasifikasi IMT menurut World Health Organization (WHO) untuk wilayah Asia Pasifik adalah sebagai berikut:
Underweight (BB kurang): < 18.5
Normal: 18.5 – 22.9
Overweight (BB berlebih): 23-24.9
Obesitas: > 25
Di Indonesia, berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, jumlah dewasa >18 tahun dengan berat badan berlebih mencapai 13.6%, dan obesitas 21.8%. Kondisi ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013, dimana berat badan berlebih tercatat mencapai 11.5%, dan obesitas 14.8%. DKI Jakarta merupakan provinsi dengan jumlah obesitas terbanyak kedua setelah Sulawesi Utara.
Saat ini metode utama dalam terapi obesitas adalah melalui perubahan gaya hidup, baik dari pola makan maupun aktivitas fisik. Terdapat juga beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk membantu menurunkan berat badan. Akan tetapi obat anti-obesitas tersebut penggunaannya masih terbatas dan membutuhkan pemantauan ketat oleh dokter karena diasosiasikan dengan efek samping pada sistem pencernaan seperti mual, muntah, diare, dan lainnya.
Akupunktur medik merupakan suatu metode terapi yang diadopsi dari ilmu akupunktur tradisional yang berasal dari Cina. Ilmu akupunktur medik saat ini telah diakui dan bersifat evidence based medicine. Sudah banyak penelitian mengenai akupunktur medik dan manfaatnya untuk mengatasi berbagai macam penyakit mulai dari dispepsia fungsional (maag), hipertensi, untuk pain management, termasuk untuk menurunkan berat badan pada kasus obesitas.
Banyak orang merasa takut dan khawatir ketika akan menjalankan prosedur akupunktur karena adanya penggunaan jarum. Namun tenang saja, karena jarum untuk akupunktur berukuran lebih kecil dan halus dibandingkan jarum suntik biasa. Jarum akupunktur memiliki diameter sangat kecil yaitu 0.25 mm.
Akupunktur pada obesitas merupakan salah satu bentuk alternatif dari penggunaan obat, dan dilaporkan memiliki efektivitas dalam membantu menurunkan berat badan. Metode ini relatif aman dan murah, serta telah digunakan pada praktek medis di Cina ataupun negara lainnya. Secara garis besar akupunktur berkerja dengan cara aktivasi sistem neural dan hormonal untuk menghasilkan:
Menstimulasi pusat kenyang di otak
Regulasi hormon yang mengatur nafsu makan
Mengatur keseimbangan metabolisme energi
Regulasi metabolisme lemak
Mengurangi stress
Terapi akupunktur dikombinasikan dengan pengaturan pola makan, serta olahraga dapat menjadi suatu metode terapi yang efektif dalam menurunkan berat badan pada kasus overweight dan obesitas.
Sumber
Wang L, Yu CC, Li J, Tian Q and Du YJ (2021) Mechanism of Action of Acupuncture in Obesity: A Perspective From the Hypothalamus. Front. Endocrinol. 12:632324. doi: 10.3389/fendo.2021.632324
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Utama Riskesdas 2018. https://repository.dinus.ac.id/docs/ajar/hasil-riskesdas-2018.pdf
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Epidemi Obesitas. https://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/N2VaaXIxZGZwWFpEL1VlRFdQQ3ZRZz09/2018/02/FactSheet_Obesitas_Kit_Informasi_Obesitas.pdf
Mayapada Hospital. Terapi Akupunktur, Alternatif Menurukan Berat Badan karena Obesitas. 2022. https://mayapadahospital.com/news/terapi-akupunktur-alternatif-menurunkan-berat-badan-karena-obesitas
Rumah Sakit St. Carolus. Akupunktur pada Obesitas. 2023. https://rscarolus.or.id/artikel/akupunktur-pada-obesitas/
Kepei Zhang et al. Acupuntre on Obesity: Clinical Evidence and Possible Neuroendocrine Mechanism. Evid Based Complement Alternat Med. 2018. https://doi.org/10.1155/2018/64093
Comentarios