Nyeri berdasarkan International Association for the Study of Pain (IASP) adalah pengalaman sensorik dan emosi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Setiap orang di dunia pasti pernah mengeluhkan nyeri, mulai dari nyeri kepala hingga nyeri punggung atau kaki. Nyeri juga menjadi alasan seorang pasien untuk datang berobat, terutama nyeri kepala.
Di antara penyakit kronik, nyeri kepala adalah penyebab ketiga tersering yang mengganggu produktivitas. Nyeri kepala memiliki dampak yang memengaruhi aktivitas di rumah, sekolah, bekerja bahkan interaksi sosial.
Nyeri kepala sebenarnya adalah alarm untuk melindungi bagian kepala yang terdiri dari organ vital seperti otak dan panca indera. Nyeri kepala dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme seperti adanya tarikan, inflamasi atau iritasi dari struktur intra dan ekstrakranial yang memang peka terhadap rangsang nyeri. Struktur intrakranial yang sensitif terhadap nyeri adalah duramater dan pembuluh darah otak, sedangkan struktur ekstrakranial yang peka terhadap nyeri adalah otot, pembuluh darah kulit kepala, struktur mata, membran mukosa hidung, telinga, gigi, serta gusi.
Diagnosis nyeri kepala utama dilakukan berdasarkan keluhan gejala klinis, yang kemudian harus dibedakan apakah nyeri kepala bersifat primer atau sekunder. Dikatakan bahwa sebagian besar nyeri kepala yang terjadi di masyarakat adalah nyeri kepala primer atau akibat infeksi sistemik yang ringan. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang bukan diakibatkan oleh adanya kelainan struktural di intrakranial. Nyeri biasanya berulang dengan pola tertentu dan dipicu oleh aktivitas sehari-hari. Contoh dari nyeri kepala primer adalah migren, nyeri kepala tipe tegang/Tension Type Headache (TTH), nyeri kepala kluster (trigeminal autonomic cephalgia), dan nyeri kepala primer lainnya. Masing-masing nyeri kepala primer memiliki tanda dan gejala khusus yang dapat dengan mudah dikenali.
Kriteria Migrain berdasarkan HIS 2020
a. Nyeri kepala minimal berlangsung selama 4-72 jam (baik dalam kondisi belum diobati atau sudah diobati namun belum berhasil)
b. Nyeri kepala memiliki minimal dua diantara karakteristik berikut
- Unilateral/satu sisi
- Berdenyut
- Intensitas nyeri sampai berat
- Diperberat dengan aktivitas fisik
C. Terdapat satu atau lebih gejala penyerta
- Mual dan/atau muntah
- Fotofobia (takut cahaya) dan fonofobia (takut dengan suara). Menghindari paparan cahaya dan juga kebisingan.
D. Nyeri kepala tidak berkaitan dengan penyakit lain (nyeri kepala sekunder)
Kriteria TTH tipe jarang berdasarkan ICHD03
a. Sekurang-kurangnya terdapat 10 episode serangan dengan rerata <1hari/bulan (<12 hari/tahun) dan memenuhi kriteria b-e
b. Nyeri kepala dapat berlangsung 30 menit hingga 7 hari
c. Nyeri kepala memiliki setidaknya 2 karateristik berikut
- Bilateral/kedua sisi
- Terasa menekan atau mengikat (bukan berdenyut)
- Intensitas ringan hingga sedang
- Tidak diperberat dengan aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga
d. Tidak didapatkan keluhan atau gejala berupa
- Mual atau muntah
- Fotofobia atau fonofobia
e. Tidak berkaitan dengan penyakit lain
Untuk TTH tipe sering, mempunyai frekuensi paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-14 hari/bulan selama paling tidak 3 bulan (>12 dan <180 hari/tahun), sedangkan bila lebih dari waktu tersebut dianggap sebagai TTH kronik.
Sedangkan yang dimaksud nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala yang dikaitkan dengan kondisi penyakit lain yang mendasari, seperti adanya tumor otak, malformasi pembuluh darah otak, atau kondisi/inflamasi berat. Pada pasien dengan keluhan nyeri kepala harus disingkirkan terlebih dahulu kemungkinan sekunder berupa tanda-tanda bahaya nyeri kepala, karena tatalaksana yang diberikan harus melibatkan penyakit yang mendasari:
Gambar 1. Daftar tanda bahaya nyeri kepala
Sumber Do, T. P., Remmers, A., Schytz, H. W., Schankin, C., Nelson, S. E., Obermann, M., … Schoonman, G. G. (2018). Red and orange flags for secondary headaches in clinical practice. Neurology,
Nyeri kepala sekunder yang harus diwaspadai adalah nyeri kepala yang pertama kali atau baru muncul secara berulang saat pasien berusia lebih dari 40 tahun. Begitu dijumpai tanda bahaya nyeri kepala, maka pasien diharapkan untuk segera berobat ke dokter untuk evaluasi dan tatalaksana lebih lanjut
Sampai saat ini diagnosis nyeri kepala dilakukan berdasarkan keluhan klinis dan pemeriksaan fisik dan tidak ada baku emas atau penanda lab yang digunakan. International Headache Society (IHS) merekomendasikan penggunaan buku harian nyeri kepala untuk mendokumentasikan pola nyeri kepala, jumlah episode atau hari terjadi nyeri kepala, faktor pemicu dan yang mengurangi nyeri, serta dampak nyeri terhadap aktivitas sehari-hari.
Gambar 2. Buku harian nyeri kepala (Sumber: Departemen Neurologi FKUI-RSCM)
Diharapkan dengan buku harian nyeri kepala, maka nyeri kepala dapat terpantau dengan baik dan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terapi. Sebuah studi prospektif melaporkan bahwa 72% pasien migren yang diberikan catatan harian migren menyatakan bahwa catatan harian tersebut berguna untuk berkomunikasi dengan dokter sehingga mencapai kepuasan pasien.
Sumber:
Aninditha T dan Sofyan HR. Pengantar Nyeri kepala. In: Aninditha T, Harris S, Wiratman W, editors. Buku Ajar Neurologi Edisi Kedua. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI-RSCM; 2022. p. 719
Sofyan HR, Zairinal RA, Aninditha T. Pengantar Nyeri. In: Aninditha T, Harris S, Wiratman W, editors. Buku Ajar Neurologi Edisi Kedua. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI-RSCM; 2022. p. 615
Aninditha T, Rasyid A, Sofyan HR. Migren. In: Aninditha T, Harris S, Wiratman W, editors. Buku Ajar Neurologi Edisi Kedua. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI-RSCM; 2022. p. 730
Do, T. P., Remmers, A., Schytz, H. W., Schankin, C., Nelson, S. E., Obermann, M., … Schoonman, G. G. (2018). Red and orange flags for secondary headaches in clinical practice. Neurology,
Comments